Kamis, 01 Desember 2016

Ke Bali, Mau Dapat Teman, Bahkan Pacar Bule?...Bisa, Nginap aja di Hostel!!


Salah satu daya tarik utama Bali bagi para traveller muda, diakui atau tidak,  adalah banyaknya wisatawan kulit putih. Banyak traveller muda meski kadang malu mengakui sebenarnya memimpikan berkenalan, berteman bahkan pacaran dengan turis kulit putih.

Cara klise untuk berkenalan adalah duduk di pantai Kuta, lalu sambil malu-malu malah takut-takut, minta foto bareng. Tapi perkenalan model biasanya yang begini biasanya nggak berlangsung lama apalagi ajeg. Paling ujungnya cuma buat pamer kepada teman-teman.  “Ini lho, gue punya kenalan bule”. Padahal kenyataannya itu cuma dalam khayalan.

Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi back packer semasa muda. Kenalan di tempat seperti pantai dan tempat umum lainnya jarang sekali berhasil menjadi perkenalan yang intim. Ini karena sulitnya mendapatkan momen untuk mulai berkenalan dan mengobrol. Momen paling tepat untuk bisa dekat dan berkenalan itu biasanya di restoran tapi yang paling ideal sebenarnya di penginapan.

Kalau menginap di hotel yang sama, peluang untuk berkenalan lebih besar. Tapi karena hotel besar dan luas dan masing-masing penyewa punya privacy, biasanya untuk berkenalan dengan seseorang pun biasanya tidak bisa natural karena untuk berkenalan biasanya memang harus dimulai secara sengaja, sulit terjadi momen yang seperti memaksa untuk bercakap-cakap.

Sementara kalau menginap di Hostel, karena satu kamar berbagi dengan banyak orang yang seringkali tidak saling kenal. Sudah begitu ruang makan dan ruang berkumpulnya juga sempit, sehingga memaksa orang-orang di mau tidak mau harus berkenalan. Contohnya ketika saya menginap di CX Hostel, saat saya sedang memasukkan barang-barang saya ke dalam lemari datang seorang penyewa asal Belanda. Namanya Patrick, dia langsung memperkenalkan diri. Dia mengatakan kalau dia baru tiba dari Belanda dan travel sendirian. Tidak butuh waktu lama kami langsung akrab.

Pagi harinya ketika saya sedang bersiap-siap pergi, dia bertanya saya mau kemana?. Ketika saya katakan mau ke Jimbaran, dia minta ikut dengan saya karena dia sama sekali tidak punya ide mau kemana. Karakter turis back packer memang seperti ini. Bertemu teman baru di setiap tempat yang dikunjungi.

Kemudian di kapsul sebelah saya ada dua orang sahabat dari Inggris, Namanya Dean dan Ian, mereka sebenarnya bertiga tapi satu orang temannya perempuan bernama Jennifer.  Di CX Hostel, tamu laki-laki dan perempuan dipisahkan.

Sama seperti dengan Patrick, dengan ketiga turis asal Inggris ini pun saya langsung akrab. Jennifer,  teman mereka yang perempuan juga tidak jarang nongkrong di kamar kami dan juga langsung menjadi akrab. Malam itu mereka mengajak saya clubbing bareng ke Legian. Tapi karena saya harus menyelesaikan tulisan, ajakan itu saya tolak.

Berbeda sekali dengan turis-turis yang ketemu di pantai apalagi di jalan, mereka banyak sekali, tapi kita benar-benar merasa asing.
Kemudian ketika kita jalan dengan mereka, biasanya juga kita lebih mudah berkenalan dengan turis asing yang lain. Karena tidak jarang ketika kita jalan dengan mereka, kita juga bertemu dengan turis yang berasal dari negara yang sama dengan mereka.

Kenapa kita bisa begitu mudah akrab dengan sesama penyewa di sebuah hostel. Berdasarkan pengamatan saya itu, yang menginap di hostel biasanya adalah anak-anak muda, mahasiswa atau mahasiswi yang bekerja paruh waktu selama kuliah, mengirit-irit uang tabungan untuk bisa berlibur. Jadi rata-rata memang prihatin (Ini jangan dipolitisir ya). Karena yang menginap di hostel pada umumnya adalah para wisatawan dengan budget pas-pasan. Biasanya muncul perasaan senasib, sehingga lebih mudah terkonek. Sebab perasaan senasib dan saling dukung biasanya hanya muncul ketika kedua belah pihak sama-sama miskin. Kalau sama-sama kaya biasanya yang muncul malah perasaan saling bersaing. Yang satu menunjukkan diri lebih kaya dari yang lain.

Menurut Pak Hendi, Manager Hostel ini mayoritas pelanggannya adalah turis dari Jerman, lalu Belanda, Perancis dan Cina. 60% pelanggan mereka adalah turis asing. Jadi, kalau anda ingin berlibur di Bali dan mendapat teman asal negara asing. Menginap di CX Hostel bisa jadi sebuah opsi menarik.
Jadi kalian para traveller dan petualang muda yang ingin berlibur ke Bali sendirian dengan budget terbatas  dan berpikir di Bali akan sendirian tidak punya teman. Saran saya, tidak usah khawatir menginaplah di CX Hostel, anda akan segera menemukan teman malah bukan tidak mungkin kalau anda punya bakat, bisa mendapatkan pacar yang bikin iri teman se-geng-an.

Rabu, 30 November 2016

Budget Terbatas Gak Bisa Liburan di Bali...Kata Siapa?



Bali, siapapun tahu ini adalah pulau Indonesia yang paling dikenal di luar negeri. Tiap tahunnya Bali dikunjungi wisatawan dengan jumlah yang bahkan lebih banyak dibanding penduduk Bali sendiri.
Saya sedang memasak Mie Instant di dapur CX Hostel
Kamar dengan tempat tidur tipe kapsul
Kamar dengan tipe ranjang biasa
Kepopuleran Bali membuat banyak orang menyangka, liburan ke Bali pasti mahal. Penginapan di Bali harganya tentu tak terjangkau.



Benarkah anggapan ini?...Tentu saja tidak.

Benar di Bali ada banyak hotel dengan harga sewa kamar dengan harga selangit, bahkan sampai ribuan dollar per malam. Tapi Bali bukan hanya itu, di Bali juga ada penginapan murah yang ideal buat para traveller dengan budget terbatas (Back Packer)

Di Bali ada banyak “budget hotel” yang kalau sedang promo kadang murahnya tidak masuk akal. Tapi sayangnya “Budget Hotel” seperti itu tidak selalu promo. Sudah begitu biasanya lokasinya juga jauh dari pusat keramaian dan juga Bandara.



Soal lokasi dekat Bandara, karena Bali sering dijadikan tempat rapat atau konferensi. Teman-teman saya dari luar Bali sering datang ke pulau ini dengan biaya kantor dan dibayari penginapan oleh kantor juga. Beberapa dari mereka, mumpung karena sudah di Bali, ingin memperpanjang waktu tinggal, tapi terkendala oleh harga penginapan yang mahal. Atau kalaupun murah, jauh dari Bandara, kemudian untuk ke Bandara harus bayar mahal untuk taksi.

Lalu tidak adakah penginapan yang terus menerus memberi harga murah, bukan hanya saat promosi?

Ternyata ada, namanya CX Hostel Kuta, terletak di  Jalan Raya Kuta No. 82-83.



Hostel ini adalah tempat ideal bagi para Traveller yang datang ke Bali untuk menikmati jalan-jalan, bukan untuk tinggal di hotel untuk menikmati fasilitasnya. Karena sebagai Hostel, konsepnya tentu saja dibuat hanya untuk tempat tidur dan menitipkan barang.

Awalnya sebelum menginap di tempat ini, ketika membayangkan Hostel itu seperti hostel-hostel yang pernah saya kunjungi seperti di seputaran Simpang Raya dekat Istana Maimun Medan. Murah sih, tapi kebersihan ya seadanya, kenyamanan tidur juga seadanya. Keamanan barang bawaan ya harus benar-benar dijaga.

Tapi setelah saya menginap di  CX Hostel Kuta, saya dapati Hostel ini berbeda. Staff mereka, mulai dari F.O nya melayani tamu benar-benar profesional. Tiap kamar tempat kita menginap, kita diberi kunci elektronik, seperti kamar hotel saja. Dan Hostel ini, mulai dari kamar mandi, kamar tidur sampai ruang makan dan tempat ngumpul, semuanya sangat bersih. Tiap tamu diberi kunci lemari sendiri, jadi barang bawaan kita aman ditinggal. Sebab namanya juga Hostel, dalam satu kamar kita tidak sendiri, yang kita sewa cuma tempat tidur. Penyewa tempat tidur lain, entah siapa orang yang tidak kita kenal.  Di sini kamar untuk laki-laki dan perempuan dibuat terpisah.

Satu fasilitas di hostel ini yang menurut saya istimewa adalah Free Wi-Fi, aksesnya kencang sekali. Untuk saya yang sedang menyelesaikan Novel yang saya tulis. Ini sangat membantu, karena dalam menulis saya perlu googling untuk mencari data.

Fasilitas lain yang juga menarik adalah mesin cuci, jadi di sini kita yang menginap bisa menggunakan fasilitas mesin cuci sebebasnya tanpa dipungut biaya. Kita hanya perlu membeli deterjen dan langsung pakai saja mesin cucinya.

Kemudian, selain bebas mencuci sendiri, untuk makan. Di sini kita diberikan sarapan pagi yang sudah termasuk dalam harga sewa kamar. Tapi bagaimana kalau masih lapar?. Di sini ada dapur yang sangat bersih dan dengan standar keamanan yang tinggi yang bisa kita gunakan dengan bebas. Jadi, kalau budget terbatas untuk membeli makanan. Kita bisa memasak sendiri di dapur ini. Misalnya dengan memasak Mie Instant.

Belinya dimana?...Gampang, di seberang Hostel ada Indomaret, dan tepat di samping Indomaret ada Minimart yang buka 24 jam.

Atau kalau malas masak, tiap pagi di depan Hostel ada penjual nasi Jinggo yang harga sebungkusnya cuma 5 ribu perak.

Lalu banyak yang menyangka kalau di Bali sulit mendapatkan makanan halal, ini anggapan keliru. Di kiri kanan hostel banyak terdapat penjual makanan halal, di kiri hotel ada restoran Plengkung yang agak elit, tapi sebelumnya ada warung bakso.

Hostel ini terletak tidak terlalu jauh dari Joger, jadi kalau mau berjalan agak jauh ke arah kanan, di sana ada Bemo Corner di sana ada warung pedas bu Andika yang terkenal di kalangan traveller asal Jakarta.  Atau lewat Joger sedikit kita bisa belok ke kanan makan di Warung Nikmat yang juga terkenal di kalangan traveller asal Jakarta.

Nah sekarang kita bicara harga, berapa biaya menginap di Hostel ini.

Mereka menyediakan dua tipe kamar, satu dengan tempat tidur bertingkat terbuka seperti di Panti Asuhan. Untuk tempat tidur seperti ini mereka mematok harga 110.000 per malam. Kamar ini kapasitas maksimalnya empat orang.

Tipe kedua berbentuk kapsul, jadi kanan kirinya tertutup dan kita tidur lebih privacy. Untuk tipe kapsul ini, di tepi ranjang juga disediakan satu meja kecil untuk meletakkan Laptop yang di sampingnya ada colokan.  Untuk saya yang biasa menulis malam hari, ini sangat ideal. Tipe ini dihargai sebesar 120.000 per malam. Kapasitasnya 8 orang per kamar.

Nah, siapa bilang dengan budget terbatas nggak bisa liburan di Bali. Dengan menginap di CX Hostel, kalau kebetulan sedang ada tiket pesawat promo, bagi yang tinggal di Jakarta. Hanya dengan modal satu juta perak saja sudah bisa menikmati week-end di Bali.

Minggu, 27 November 2016

Semifinal AFF dan Andik Vermansyah Sang Pembunuh Singa



Indonesia yang sempat diragukan kiprahnya di gelaran Piala AFF tahun ini,  telah memastikan diri lolos ke semi final dengan cara yang sangat dramatis.

Bagaimana tidak diragukan, Indonesia yang biasanya selalu menjadi unggulan di setiap gelaran Piala AFF, tahun ini hadir dengan status under dog. Indonesia yang meskipun belum pernah meraih juara di turnamen yang mulai digelar pertama kali pada tahun 1996 dengan nama Piala Tiger ini adalah salah satu tim yang paling sering mencapai final. Tercatat Indonesia empat kali masuk final, 3 di antaranya diraih berturut-turut  dalam gelaran Piala AFF tahun 2000, 2002 dan 2004 meskipun semua final yang diikuti oleh Indonesia berakhir dengan kekecewaan,  dua final yang disebut terakhir ditandai dengan kekalahan di adu pinalti. Setelah itu Indonesia tak pernah berhasil mencapai final, tapi pada gelaran AFF 2010 di mana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah bersama Vietnam, Indonesia yang dilatih oleh pelatih saat ini juga tampil menjanjikan. Menyapu bersih semua laga penyisihan, membuat Thailand, Tim yang paling ditakuti di Asean tersisih di babak awal.

Tapi pada akhirnya gelaran AFF 2010 ini menjadi gelaran Piala AFF yang paling mengecewakan dan terus diingat oleh masyarakat Indonesia tentu saja final Piala AFF 2010, ketika itu Indonesia yang sedang berada di puncak penampilan gagal menjadi juara setelah di final kalah selisih gol dengan Malaysia, tim yang mereka bantai 5 – 1 di babak penyisihan. Kekalahan ini kemudian memicu revolusi di PSSI.

Di dua gelaran Piala AFF berikutnya, Indonesia tampil sebagai anak bawang. Pada 2012 Indonesia tidak bisa tampil dengan kekuatan terbaiknya karena para pemain terbaik dilarang ikut bertanding oleh klubnya, akibat kisruh PSSI.

Tahun 2014, penampilan Indonesia membaik tapi tim lain menunjukkan perkembangan lebih pesat. Sempat tampil menjanjikan dengan menahan tim favorit,  tuan rumah Vietnam 2 – 2 di pertandingan pembuka. Di pertandingan kedua Indonesia tanpa ampun dibantai Philipina dengan skor telak 4 – 0. Meskipun kemudian di pertandingan terakhir Indonesia berhasil mengalahkan Laos dengan skor 5 -1, tapi perolehan poin Indonesia tak bisa lagi mengejar perolehan poin Philipina yang sudah meraih dua kemenangan, meskipun di pertandingan terakhir Philipina dikalahkan Vietnam.
Tahun ini  Indonesia yang berada di urutan ke 179 di peringkat FIFA hadir di AFF sebagai tim dengan peringkat FIFA terendah dari seluruh peserta Turnamen, bahkan peringkat Indonesia berada di bawah Laos yang tidak lolos ke babak penyisihan. Saat ini di Asia Tenggara, hanya Timor Leste dan Brunei Darussalam yang peringkatnya di bawah Indonesia. Ini adalah imbas dari sanksi FIFA yang membuat Indonesia absen dari semua ajang internasional, sehingga tidak ada penambahan poin bagi Indonesia.

Sudah begitu, dalam pembagian grup di babak penyisihan, Indonesia harus pula menerima nasib bergabung dengan grup berat yang diisi oleh Thailand sang unggulan pertama dan peraih juara AFF terbanyak, lalu Singapura yang bersama Thailand juga merupakan negara dengan koleksi juara dengan masing-masing 4 trophy  dan tuan rumah Philipina, tim yang dulu merupakan lumbung gol bagi tim-tim kuat di kawasan tapi sekarang dengan diperkuat pemain yang nyaris seluruhnya merupakan pemain naturalisasi sudah menjelma menjadi satu kekuatan utama. Tim inilah yang di gelaran Piala AFF sebelumnya membantai Indonesia tanpa ampun dengan skor 3-0. Bahkan di Piala AFF kali ini Philipina hadir sebagai tim yang memiliki peringkat FIFA tertinggi, mereka sekarang berada di peringkat 117 FIFA, jauh di atas Vietnam dan Thailand yang keduanya berada di peringkat 129.
Dari dalam negeri, pembentukan tim nasional Indonesia juga tidak berjalan sempurna karena klub-klub yang menaungi pemain hanya membolehkan maksimal dua orang pemainnya untuk bergabung dengan timnas. Sehingga apa boleh buat, tidak semua pemain terbaik di semua posisi bisa diambil oleh pelatih untuk memperkuat timnas.

Dengan segala keterbatasan itu, Indonesia sebenarnya masih tampil lumayan. Sempat tampil menjanjikan di partai ujicoba pertama saat menggasak Malaysia 3 – 0, selanjutnya Indonesia dua kali seri, 0 – 0 melawan Myanmar dan 2 – 2 dengan Vietnam dan di ujicoba terakhir terpaksa harus mengakui keunggulan vietnam, lawan yang akan dihadapi pada semifinal nanti dengan skor 3 – 2.
Bencana datang tepat sebelum gelaran berlangsung. Irfan Bachdim, roh permainan timnas di lini depan mengalami cedera dalam latihan karena ditekel oleh rekan sendiri,  Hansamu Yama Pranata.
Dengan kondisi seperti itu Indonesia berangkat ke Philipina dan tidak tanggung-tanggung, di pertandingan pertama Indonesia langsung menghadapi Thailand, yang saat ini merupakan tim terkuat di kawasan.  Tidak seperti dugaan banyak orang, melawan Thailand Indonesia tampil penuh percaya diri. Lini serang tampil luar biasa, beberapa serangan berbahaya cukup menggentarkan lini pertahanan Thailand. Sayangnya, lini pertahanan tampil tidak sebaik lini depan, kurangnya koordinasi membuat Thailand mampu menciptakan dua gol mudah.  Indonesia tampaknya akan kalah dengan mudah. Tapi kenyataannya berbeda,  tertinggal dua gol di babak pertama, di babak kedua Indonesia tampil menggila. Dua gol dilesakkan oleh dua striker Indonesia, Boaz di tengah jepitan pemain belakang Thailand masih bisa melesakkan gol dengan kepala dari asis dari Rizki Pora dan kemudian tandemnya Lerby  tak mau kalah juga melesakkan dari asis Benny Wahyudi yang uniknya juga dengan sundulan kepala. Kedua gol ini tercipta dalam selisih waktu 3 menit saja. Tapi sayangnya, kemudian kelengahan lini belakang membuat Thailand melesakkan dua gol lagi dan Indonesia pun keluar lapangan dengan tangan hampa.

Kurnia Meiga, kiper utama Indonesia yang lama tidak tampil karena cedera gagal menunjukkan penampilan terbaik di pertandingan ini. Gol pertama Thailand berawal dari kesalahan yang dia lakukan.

Pertandingan melawan Philipina adalah pertandingan hidup mati, kalah berarti tersingkir karena Philipina sudah meraih hasil seri di pertandingan sebelumnya melawan Singapura. Kalau Philipina menang, mereka akan meraih poin empat dan Indonesia maksimal hanya akan bisa meraih poin tiga.
Indonesia mengawali pertandingan dengan cukup menjanjikan, di awal babak pertama Indonesia sudah unggul  1-0 berkat gol yang dilesakkan oleh bek tengah Fakhruddin lagi-lagi dengan sundulan kepala. 3 gol pertama Indonesia di ajang ini hadir dari sundulan kepala.

Tapi sayang keunggulan ini tidak bisa dipertahankan, sebuah tendangan bebas maut dari Suami Muda, membuat Kurnia Meiga bertekuk lutut.

Selanjutnya Indonesia membombardir gawang Philipina, tapi keberuntungan belum berpihak pada Indonesia. Semua serangan gagal berujung gol, entah karena tidak tepat sasaran atau karena digagalkan oleh Kiper Philipina yang tampil sangat hebat di pertandingan ini, sampai-sampai Bung Ahay, komentator RCTI menyebutnya  Superman.

Indonesia keluar lapangan dengan satu poin di tangan, kesempatan belum habis tapi untuk lolos sangat berat karena selain harus menang di pertandingan terakhir melawan Singapura. Lolos tidaknya Indonesia juga ditentukan oleh pertandingan lain, Philipina melawan Thailand. Kalau di pertandingan ini Philipina yang sudah mengantongi dua poin menang, tidak peduli apapun hasilnya melawan Singapura, Indonesia akan tersingkir. Sementara bagi Thailand yang sudah mengantongi 6 poin, hasil kemenangan melawan Indonesia dan Singapura, apapun hasil di pertandingan terakhir tidak akan mengubah status mereka sebagai juara grup. Situasi ini membuat banyak pihak mengkhawatirkan Thailand bermain tidak serius dan tidak menurunkan skuat terbaiknya.

Kenyataannya Thailand memang tidak menurunkan skuat terbaiknya. Tapi mereka bermain serius, Philipina tidak berhasil menyarangkan gol ke gawang mereka.

Indonesia sendiri menghadapi laga sulit melawan Singapura yang memiliki lini pertahanan sangat solid, bahkan Thailand pun hanya bisa menang 1 – 0 melawan mereka. Indonesia juga memiliki rekor buruk melawan Singapura di Piala AFF. Dari semua pertandingan yang sudah dilakoni Indonesia melawan singapura, Indonesia baru menang sekali.  Uniknya, kemenangan ini justru didapat pada Piala AFF 2012 ketika Timnas Indonesia sedang berada di titik nadir, saat timnas hadir dengan skuat ala kadarnya karena tidak bisa diperkuat oleh pemain-pemain terbaiknya akibat kisruh PSSI.  Saat itu Indonesia unggul berkat  gol indah hasil tendangan bebas jarak jauh Andik Vermansyah, pemain mungil milik Persebaya Surabaya. Tapi kemudian itu menjadi satu-satunya kemenangan Indonesia di ajang itu dan Indonesia pun tersingkir dari turnamen pada babak penyisihan. Sementara bagi Singapura, kekalahan dari Indonesia itu menjadi kekalahan satu-satunya yang mereka derita sepanjang turnamen. Berbalik dengan nasib Indonesia, pasca dikalahkan Indonesia, Singapura justru melaju kencang dan mengakhiri turnamen ini dengan status juara.

Di pertandingan terakhir grup ini. Begitu peluit tanda pertandingan dimulai, berbunyi, Indonesia langsung menggempur pertahanan Singapura. Tapi semua serangan itu bisa dimentahkan oleh lini pertahanan Singapura.

Gencar menyerang, malah gawang Indonesia kebobolan melalui gol  Khairul Amri pada menit ke 27. Berawal dari lemparan ke dalam yang dilakukan oleh lemparan ke dalam dahsyat yang dilakukan Madhu Mohana. Lemparan Mohana yang mengingatkan kita pada lemparan maut mantan pemain Stoke City Rory Delap di liga Inggris disambut oleh sundulan kepala seorang pemain Singapura, sementara itu Khairul Amri melepaskan diri dari kawalan dan kemudian tanpa ampun menyambut umpan sundulan itu dengan sebuah tendangan gunting spektakuler yang menghujam deras bagian atas jaring gawang Indonesia tanpa Kurnia Meiga bisa berbuat apa-apa.  Skor 1-0 , Singapura unggul, gol ini sekaligus merupakan gol pertama Singapura sepanjang perhelatan turnamen.

Di pertandingan lain, Thailand yang menurunkan pemain lapis kedua masih sama kuat melawan Philipina, kalau situasi ini terus bertahan Singapura lah yang akan lolos ke Semifinal mendampingi Thailand.

Indonesia terus menggempur, tapi solidnya lini pertahanan ditambah penampilan gemilang Hassan Sunny di bawah mistar gawang Singapura membuat skor tidak berubah sampai berakhirnya babak pertama. Andik sempat melepaskan tendangan jarak jauh yang mengingatkan kita pada golnya ke gawang Singapura empat tahun yang lalu. Tapi sayang kali ini tendangannya melambung tipis di atas mistar gawang.

Di babak kedua baru mulai, pendukung  tim nasional Indonesia sudah dibuat sport jantung. Lini pertahanan yang keropos membuat pemain Singapura lolos dan tinggal berhadapan dalam posisi satu lawan satu dengan Kurnia Meiga. Tapi Kurnia Meiga yang mendapat cemoohan di dua penampilan sebelumnya kini menampilkan kelasnya, menunjukkan alasan kenapa dia ditunjuk sebagai penjaga gawang utama. Peluang yang 99,99 % gol itu berhasil dia gagalkan. Penonton bernafas lega dan Indonesia masih menyimpan asa.

Pertandingan berlanjut, serangan Indonesia tidak berhenti. Boaz seolah tidak berhenti berlari, kegagalan demi kegagalan menjebol gawang Singapura tidak menyurutkan semangat pemain Indonesia.

Setelah kegagalan demi kegagalan tibalah momen di menit ke 62, setelah Riedle mengganti Evan Dimas yang kurang efektif dengan Ferdinand Sinaga. Serangan dimulai oleh Rizki Pora di sayap kiri yang menyisir sisi kanan lapangan Singapura, giringan bola Rizky Pora diakhiri dengan umpan lambung kepada Ferdinand Sinaga yang berperan sebagai penyerang tengah. Tapi Ferdinand Sinaga yang dikawal ketat pemain belakang Singapura tidak berhasil menyambutnya.

Sementara Rizky Pora mengangkat bola , Andik yang berada di tengah melakukan pergerakan tanpa bola yang alpa diawasi oleh pemain Singapura. Sambil berlari Andik menyambar umpan yang diberikan Rizky Pora. Sebelum bola mencapai tanah, Andik sudah lebih dulu menghantamnya dengan sepakan kaki kanan dan bola pun meluncur deras tanpa ampun ke dalam gawang Singapura yang dikawal Hassan Sunny.

Skor sekarang sama kuat 1 – 1, kalau situasi ini terus bertahan maka Philipina yang di pertandingan lain masih bertahan dengan skor 0 -0 lah yang akan melaju menemani Thailand. Situasi ini membuat Singapura yang tadinya bertahan total kembali keluar menyerang, pertandingan menjadi semakin menarik karena terjadi jual beli serangan.

Dalam sebuah serangan, Singapura nyaris mencetak gol dengan sundulan kepala ke pojok atas gawang Indonesia, tapi sekali lagi Kurnia Meiga melakukan penyelamatan gemilang. Asa masih hidup, kalau Indonesia menang, Indonesia lah yang menemani Thailand melaju ke semifinal.

Menit ke 81, di pertandingan lain Thailand unggul 1 – 0 melawan Philipina. Tapi situasi seperti ini masih tetap menguntungkan Philipina yang seri 2 – 2 melawan Indonesia, karena kalau ini terjadi mereka akan melaju karena meskipun nilainya sama dengan Indonesia dan Singapura, mereka lah yang memiliki selisih gol paling baik dari ketiga tim. Indonesia akan berada di posisi juru kunci.

Menit ke 85, Boaz melakukan solo run yang diakhiri dengan sebuah tembakan yang berhasil ditahan oleh bek Singapura. Tapi bola yang memantul berhasil dipertahankan oleh Boaz yang menggiringnya ke tepi kanan gawang Singapura lalu melepaskan umpan tarik ke tengah yang gagal diantisipasi oleh dua bek Singapura menemui Stefano Lilipaly yang berdiri bebas dan seperti gol pertama yang diciptakan Andik menyambutnya dengan tendangan keras kaki kanan dan bola pun meluncur mulus ke dalam gawang.

Fano spontan meluapkan kegembiraannya dengan selebrasi yang emosional. Sekarang Indonesia di atas angin, kalau skor terus bertahan Indonesia lah yang akan menemani Thailand ke babak selanjutnya.

Sisa pertandingan dilalui penuh ketegangan, Indonesia beberapa kali memiliki peluang gol tapi gagal diselesaikan. Ketika waktu normal berakhir, ofisial pertandingan memberi tambahan waktu 4 menit yang merupakan 4 menit yang sangat lama bagi Indonesia.

Tapi sampai wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, skor tidak berubah. Indonesia maju ke semifinal dan kegembiraan pun meledak di tengah lapangan. Sebaliknya, pemain Singapura tertunduk lemas karena kehilangan kesempatan lolos yang sudah di depan mata.

Dan akhir pertandingan inipun mencatatkan satu fakta menarik. Dari dua kemenangan Indonesia atas The Lions yang bersama Thailand merupakan pengoleksi terbanyak Piala AFF ini selalu menghadirkan nama Andik Vermansyah sebagai tokoh protagonis di timnas Indonesia. Jadi tampaknya tidaklah berlebihan kalau kita menjuluki pemain mungil yang bermain di Selangor ini sebagai seorang PEMBUNUH SINGA.

Sabtu, 30 April 2016

“AADC? 2”, Grup Alumni di LINE dan WA serta potensi CLBK

Saya, Istri dan Si Bungsu dalam Antrian (Dok. Pribadi)


Setelah lama ditunggu-tunggu, film AADC? 2 akhirnya tayang pada tanggal 28 April kemarin. Tidak paham kenapa Miles selaku produser memilih tayang perdana pada tanggal tersebut, pada hari kamis lagi. Ketika para penonton yang merupakan segmen pasar film ini masih bekerja.

 Saya bersama istri beruntung berhasil mendapatkan karcis tepat tanggal 28 April pada penayangan perdana film ini di Bali pada pukul 11.45 Wita. Seperti sudah diduga, animo penonton untuk menyaksikan tayangan film legendaris ini luar biasa. Di bioskop antrian mengular. Antrian penonton AADC? 2 jauh lebih panjang daripada penonton yang mengantri untuk menonton “Captain America : Civil War”. Ini terjadi bisa saja karena bioskop hanya menyediakan 1 layar untuk “AADC? 2” sementara untuk “Captain America : Civil War” disediakan tiga layar. Ketika saya akhirnya berhasil mencapai loket, bagian belakang sudah penuh mendapatkan bangku yang lumayan jauh di depan dan itupun dapat di pojokan. Bukan di tengah yang menjadi tempat favorit saya.

 Ketika saya masuk ke bioskop, penonton di bangku belakang sudah penuh. Semua penonton yang saya lihat berumur di kisaran 30-an sampai 40-an yang memang memiliki ikatan emosional dengan film “AADC?” yang pertama.

 Saat film mulai diputar, suasana kedekatan emosional antara penonton dengan film ini begitu terasa. Para penonton merasa telah begitu mengenal semua pemain utama film ini dan begitu terlibat dengan cerita dan seolah terlibat di dalam suasana. Pada adegan ketika Cinta yang diperankan oleh Dian Sastro yang sok Iya, ketika dibaik-baikin oleh Rangga pura-pura nggak butuh padahal demen. Dari bangku penonton terdengar suara “cie...cie”.

 Tampaknya kedekatan emosional dengan penonton ini benar-benar digarap serius oleh pembuat cerita dan juga Riri Riza selaku Sutradara.

 Berbeda dengan AADC? 2 versi iklan Line yang menggambarkan para tokoh di film ini begitu extravaganza. Cinta dan geng-annya digambarkan layaknya kaum sosialita papan atas, gaya hidup dan dandanan mereka ditampilkan begitu sempurna dan tidak terjangkau oleh kebanyakan orang. Dan Rangga juga digambarkan begitu sukses di New York, tampil dengan gaya khas laki-laki kelas atas juga. Ada jarak sosial antara mayoritas penonton dengan mereka yang digambarkan di film.

 Cerita AADC? 2 dibuat benar-benar sesuai dengan situasi kekinian para penonton yang merupakan segmen pasar film ini. Mereka yang menamatkan SMA atau kuliah pada masa tayang AADC? dulu. Sekarang sudah menjadi kelas menengah baru, tidak sangat kaya tapi sudah memiliki cukup uang untuk menikmati hidup. Dan seperti itu pulalah para tokoh dalam cerita ini digambarkan. Sudah mulai mapan tapi tidak sangat kaya seperti orang kaya dalam cerita sinetron Indonesia.

 Tidak seperti yang digambarkan dalam versi Iklan Line yang cantik sempurna, tokoh Cinta di versi film, meski tetap cantik (ya iyalah...Dian Sastro) tapi tidak digambarkan cantik berlebihan. Di film Cinta dan geng-annya digambarkan selayaknya mbak-mbak kantoran biasa dengan dandanan khas mbak-mbak kantoran. Pakaian yang mereka pakai, mulai dari baju, rok, celana yang mereka kenakan sampai tas yang mereka tenteng, khas mbak-mbak kantoran dengan penghasilan lumayan tapi tidak sangat kaya. Kita tidak akan melihat Cinta dan geng-annya mengenakan pakaian wah sambil menenteng tas Hermes seperti para istri anggota DPR yang berlibur di Jepang.

 Mobil milik Mamet—yang di film ini diceritakan sudah menikah dengan Mili— yang mengantarkan Cinta dan Geng-annya ke Bandara adalah mobil Avanza, sebagaimana khasnya mobil yang mampu dibeli oleh para pekerja angkatan ini.

 Berlibur ke luar kota, travelling, dan menikmati Kopi di cafe-cafe yang menyediakan kopi eksotis yang sedang menjadi trend gaya hidup generasi ini juga dengan cerdas diangkat di film AADC? 2 ini. Sehingga penonton benar-benar merasa seperti ikut berada di dalam film, karena apa yang ditampilkan memang keseharian dari generasi ini.

 Cara pandang terhadap orang Indonesia yang bekerja dan tinggal di luar negeri juga digambarkan di film ini sesuai situasi kekinian.

 Di film ini, kita tidak lagi melihat ‘inferioritas kulit coklat’ dalam memandang orang Indonesia yang bekerja dan tinggal di luar negeri sebagaimana ditampilkan di film-film Indonesia jaman dulu semacam “Catatan Si Boy “- yang menggambarkan orang Indonesia yang tinggal di luar negeri demikian tinggi nyaris seperti dewa. Di film ini pemandangan seperti itu tidak kita saksikan lagi.

 Di film ini, Rangga yang tinggal dan bekerja di New York digambarkan biasa saja, tidak sangat istimewa. Sebagaimana di zaman ini kita mengenal orang-orang yang bekerja dan tinggal di luar negeri ya biasa saja. Malah secara ekonomi, Rangga digambarkan jauh lebih inferior dibandingkan dengan Trian, pengusaha muda yang menjadi tunangan Cinta.

 Tapi menurut saya, yang paling ‘bajingan’ dari film ini adalah momen keluarnya film ini yang berbarengan dengan momen merebaknya grup-grup alumni SMA di Line dan Whatsapp. Di mana generasi penonton film ini sedang dalam semangat nostalgia masa SMA, sedang merajut kembali kenangan lama bersama teman-teman lama. Film ini dengan sangat ‘bajingan’ menuntun emosi penonton untuk larut dalam suasana itu. Mengungkit kembali kenangan lama untuk diulang di masa kini.

 Konflik yang diangkat di film ini juga khas orang-orang di usia pertengahan 30-an sampai pertengahan 40-an.

 Ada kebosanan dengan rutinitas kerja dan juga rasa jenuh pada pasangan, sehingga timbul kerinduan pada masa lalu yang penuh keceriaan dengan kejutan-kejutan tak terduga.

 Di film ini, Cinta yang di awal film digambarkan baru menerima lamaran dari Trian, seorang pengusaha muda yang sukses, digambarkan merasa hambar dan bosan dengan hubungan mereka. Ada kesan kalau pertunangan mereka diterima oleh Cinta dengan perasaan terpaksa karena usia yang sudah semakin menua. Meski tidak diucapkan dengan kata-kata, kita yang menonton dapat merasakan bagaimana Cinta yang merasa hampa ketika sedang menonton pertunjukan seni yang dia suka, Trian hadir di situ hanya karena terpaksa, sama sekali tidak memperhatikan pertunjukan. Sepanjang pertunjukan dia sibuk melihat ke arah gadget, sementara Cinta dengan konsentrasi penuh menyaksikan pertunjukan dan larut dalam cerita. Di sepanjang film suasana ini digarap dengan baik oleh Riri Riza sebagai sutradara dan ditampilkan dengan sempurna oleh Dian Sastro sebagai aktris.

 Dalam suasana hubungan yang dingin setengah terpaksa dengan Trian seperti inilah, tiba-tiba Rangga yang lama hilang muncul kembali. Mengembalikan Cinta pada kegairahan masa lalu yang penuh dengan letupan-letupan.

 Rangga yang masih seperti dulu, dengan gaya sinis dan cueknya. Penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga benar-benar anti tesis Trian. Ketika Trian terlihat bosan menyaksikan pertunjukan seni di luar mainstream. Rangga malah mengajak Cinta menonton teater boneka di Jogja dan sama-sama larut dalam pertunjukan. Rangga mengajak Cinta bertualang ke tempat-tempat yang tidak biasa.

 Meskipun di film ini Cinta digambarkan berusaha untuk mengingkari perasaannya ke Rangga dan berusaha untuk terlihat bersikap biasa saja kepada Rangga karena dia sudah bertunangan dengan Trian. Tapi kita bisa melihat kalau Cinta begitu menikmati kebersamaannya dengan Rangga. Dan sepulangnya dari Jogja, meski tidak diucapkan, kita semua bisa merasakan kalau hubungan Cinta dengan Trian sudah tidak mungkin lagi dilanjutkan.

 Situasi seperti yang dialami oleh Cinta ini adalah situasi umum yang dialami generasi ini yang setelah sekian lama menjalin hubungan atau berumah tangga mulai merasakan kebosanan. Dan kemudian di grup-grup alumni bertemu kembali dengan seseorang yang istimewa dari masa lalu.

 Bagi penonton yang seperti ini, menonton film AADC? 2 ini akan merasa merasa “gila ini gue banget”. Seperti Cinta kembali merasakan letupan-letupan tak terduga yang menggairahkan. Bukan tidak mungkin penonton yang seperti ini akan merasakan hal yang sama. Dalam situasi seperti ini hubungan yang sudah dijalin bertahun-tahun bisa bahaya.

 Saya sendiri jujur saja (Sebelum menonton AADC? 2) sempat mengalaminya, ketika di sebuah grup alumni, seorang teman mengirimkan foto SMA seorang cewek yang pernah saya taksir 24 tahun yang lalu. Melihat foto itu saya merasakan kembali letupan-letupan seperti ketika pertama mengenalnya dulu.

 Untungnya saya menerapkan sistem “Open Management” alias manajemen terbuka dalam berumah tangga. Jadi saya santai saja menunjukkan foto itu kepada istri saya dan mengatakan “Gila ya, lihat foto ini kok aku jadi bergetar lagi seperti waktu pertama ketemu dulu”, mendengar itu istri saya dengan santai mengatakan “Ya wajarlah...dianya cantik”.

 Tapi saya yakin sekali, tidak banyak suami yang punya keberuntungan seperti saya. Bagi para suami yang lain, letupan-letupan yang muncul ini mungkin harus disembunyikan dan kalau ketahuan oleh pasangan bukan tidak mungkin menimbulkan perang besar.

 Jadi bagi para calon penonton AADC? 2 yang setelah menonton film ini kemungkinan merasakan hubungan dengan pasangan tiba-tiba terasa membosankan dan ada godaan untuk kembali ke sensasi masa lalu dengan seseorang yang spesial yang juga dari masa lalu. Saya hanya bisa bilang, berhati-hatilah.

 Nggak lucu juga kan, kalau sekarang ketika rambut mulai putih bahkan botak, perut yang sudah mulai membuncit, kita masih duduk menyepi sendirian sambil mendengarkan bait-bait lagu “Nothing Compares 2U” nya Sinead O’Connors.

 I could put my arms around every boy I see
 But they'd only remind me of you
 I went to the doctor and guess what he told me
 Guess what he told me
 He said, "Girl, you better try to have fun no matter what you do."
 But he's a fool

 `Cause nothing compares
 Nothing compares 2 u

 Ingat hubungan yang sudah dijalin bertahun-tahun dengan pasangangan, dengan melewati berbagai suka dan duka dan satu lagi ingatlah mata...ya mata-mata bening anak-anak kita. Masa lalu, seindah apapun itu adalah masa lalu. Kita hidup di masa kini dengan segala permasalahan dan dinamikanya. Bukan di masa lalu.

 Selamat menonton!